kemisan

karena hidup (di manchester) bukan hanya untuk sekolah

non scholae sed vitae discimus …

leave a comment »

judul dalam bahasa latin di atas, terjemahan bebasnya kira-kira “bukan untuk sekolah tapi untuk hidup kita belajar …” – itu jawaban yang saya berikan akhir pekan kemarin pada satu kawan yang bertanya mengapa saya (dan bang gindo, pak rusman, pak iwan) mau berepot-repot mengurusi kemisan ini sejak 4 tahun yang lalu. “lho apa tidak kebalik?” tanya kawan saya itu, “bukankah justru karena kita di manchester ini untuk sekolah ..?” saya jawab tegas, “tidak. kalau setahun-mu, atau empat tahun-mu di manchester ini hanya untuk sekolah, kamu menyia-nyiakan umurmu.” itu jawab saya. dia terpana.

bagi kebanyakan orang, bisa kuliah S1 di indonesia itu sudah sangat bagus. berapa persen dari populasi bangsa ini yang kuliah? apalagi kalau bisa kuliah S2 atau S3 di luar negeri (entah dari beasiswa pihak ketiga, atau beasiswa PMS/papa-mama scholarship :-)). mereka pasti termasuk sekelompok kecil yang bisa menikmati kesempatan ini.  dan kesempatan hidup di luar negeri, hemat saya, harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk membuka cakrawala berpikir, menembus sekat-sekat kebuntuan gagasan, mengalami dan berinteraksi dengan budaya-budaya baru, dan lain sebagainya. mumpung menjadi student di sini bisa mendapatkan banyak privilege (misalnya diskon-diskon besar), gunakan kesempatan itu: jelajahi museum, masuk ke galeri, nonton konser, nonton opera, eksplorasi country-side, eksplorasi budaya/makanan/minuman/cara hidup lokal, dlsb. sekolah? lha iya. harus. harus lulus. harus selesai. tetapi ingat, hidup bukan hanya untuk sekolah.

untuk itulah diadakan kemisan. untuk itulah saya (dan para kawan senior lain) mau membantu adik-adik mahasiswa di sini. sebenarnya bukan untuk membantu sekolah, melainkan membantu mereka menikmati hidup. kok bisa?

setiap kali saya ketemu mahasiswa baru, selalu saya tanya, apa targetnya studi. dan saya butuh jawaban jujur: sekedar mau lulus (pass). atau mau lulus dengan nilai baik (merit), atau lulus dengan pujian (cum laude atau distinction). pertanyaan berikutnya adalah: apakah mau langsung kerja setelah lulus (dan di mana: inggris atau pulang) atau mau sekolah lagi (PhD). dan, jangan salah, apapun jawaban dari kedua pertanyaan ini, bukanlah soal baik-buruk, salah-benar. ini soal pilihan. dan dari pengalaman saya membantu kawan-kawan selama ini, mereka yang fokus dengan pilihannya lebih menikmati hidupnya.

ada satu mahasiswa master yang dari awal ketemu saya bilang, “mas, saya pokoknya hanya mau lulus. setelah itu saya mau bekerja. saya tidak mau nilai bagus tetapi tidak punya waktu jalan-jalan.” fine. itu yang saya lakukan dalam membantu dia selama dia studi. memastikan dia lulus dalam paper-paper dan disertasinya. dia tak butuh nilai bagus-bagus. dan dia menikmati hidupnya: jalan-jalan, mengalami budaya baru, menikmati suasana/makanan/minuman/konser dll … bahkan pacaran. kini dia mendapatkan pekerjaan di inggris. cerita satu lagi, seseorang menjawab “saya mau PhD setelah selesai S2 ini”. maka saya genjot dia dalam tugas-tugasnya. saya bikin dia bolak-balik merevisi papernya sampai saya yakin nilainya tidak kurang dari 65 saat disubmit dan saya bantu dia mengoreksi disertasinya. kawan itu kini memulai PhDnya di manchester. dan tetap menikmati hidup.

jadi, kalau anda mengurung diri di kamar hall atau flat anda 24 jam sehari dan selalu sibuk mengerjakan tugas terus untuk sekolah, pasti ada yang salah. hidup tidak hanya untuk sekolah, kawan …

salam,
y

ps. gambar dari sini

Written by Yanuar Nugroho

November 13, 2008 at 11:26 pm

Posted in uneg-uneg

Tagged with

Leave a comment